Purnama membulat
Dan aku masih di sini
Terpaku, terjaga dalam hening
Menunggu sebuah bintang jatuh
Aku pun menengadah
Yang bsia dilakukan
Hanya menepuk dada
Menasehati yang menasehati
Seonggok darah yang mendidih pun tenang
Mengalir dalam seonggok yang lain
Yang lebih beku namun hangat
Mataku mencair
Membentuk alur mengalir
Meniti perlahan meski berkelok
Namun tetap mengejar tanah
Namun tetap dikejar masa
Sambil bertanya, aku mengisak
Mengapa engkau menebasku
Bukan dalam sebuah akhir yang husnul
Ketika urusanku masih melautan
Kau turunkan hujan, memengapi cekungan
Kini airnya tak seasin air mata
Namun seamis darah
Dan saat ia menetes,
Waktu pun habis
Dan aku masih diam…
email: attachment dan penyadapan
14 tahun yang lalu
3 komentar:
hoho masih seperti yasir yang dulu rupanya.
btw tukeran link ya bos.
punya gw di http://harispratama.wordpress.com
wah puisi yasir kembali lagi setelah sekian lama hilang
sir sir... kusir!
sabar ya nak, yang penting sudah TAHES!!!
yooow dangdutan!
Posting Komentar